SMS pertama diuji coba pada Desember 1992. Pesan itu dikirim dari sebuah PC ke sebuah telepon seluler dalam jaringan GSM milik operator seluler Vodafone di Inggris. Tak ada yang menyangka bahwa hal itu akan menjadi dasar dari satu aplikasi terpenting komunikasi nirkabel. Nyatanya, selama 13 tahun kemudian, pemanfaatan short messaging service terus melambung.
Mengacu perkiraan Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia, SMS akan menyumbangkan pendapatan kepada operator sekitar Rp10 triliun tahun ini. Dengan asumsi tarif antara Rp250-Rp350 per pesan, maka akan terkirim setidaknya 28 miliar pesan dalam satu tahun. Jadi, rata-rata, terkirim setidaknya 75 juta pesan setiap hari dari sekitar 40 juta pelanggan seluler di Indonesia.
Angka trafik yang signifikan dalam meningkatkan kualitas komunikasi dan penyampaian informasi dalam meningkatkan perikehidupan pengguna.
Sejatinya, pesan singkat SMS merupakan bagian dari kemampuan standar GSM fase pertama. Menurut standar itu, satu pesan menampung maksimal 160 karakter untuk huruf Latin dan 70 karakter untuk huruf lainnya, seperti huruf Arab dan China.
Kemampuan pengiriman pesan dua arah, menjadi faktor terpenting yang mendorong perkembangan SMS. Pesan singkat searah, sebenarnya sudah dapat dinikmati oleh pengguna radio panggil (pager). Namun, pengguna pager umumnya tidak bisa melakukan kiriman pesan balik, hanya bisa menelepon balik.
SMS juga langsung menggantikan peran telegram, mode pengiriman pesan yang transmisi antarterminal seketika (real time) tetapi dalam bentuk fisik teksnya butuh waktu penyampaian beberapa jam atau bahkan beberapa hari.
Faktor teknis yang pendorong pertumbuhan SMS a.l. interkoneksi antaroperator; adopsi oleh semua pabrikan handset; antar muka (interface) yang ramah pengguna; adopsi oleh beragam penyedia konten; modifikasi menjadi pesan panjang, gambar dan dering sederhana; tersedianya delivery report baik manual maupun otomatis; serta kebutuhan bandwidth yang relatif kecil.
Di sisi lain, penyedia handset telah berhasil mengatasi berbagai kesulitan bagi pengguna dalam melakukan pengetikan pesan singkat dengan 12 tombol.
Sedangkan faktor psikologis yang mendukung a.l. biaya yang terkesan murah (meskipun bisa juga dimaknai sebagai sangat mahal); skema tarif yang sangat sederhana dan mudah dimengerti oleh konsumen; serta tidak mengenal biaya roaming nasional ketika voice masih ada roaming.
Berbagai keunggulan di atas belum dimiliki oleh MMS (multimedia messaging service) sehingga layanan pesan multimedia itu belum bisa menggantikan peranan pesan singkat SMS.
Yang tak kalah menakjubkan, SMS mengalami pertumbuhan sangat pesat praktis tanpa terkait dengan penurunan tarif. Buktinya, sejak pertama diperkenalkan di Indonesia, tarif SMS relatif tetap.
Ragam aplikasi
Penggunaan pesan 160 karakter untuk komunikasi person-to-person sudah menjadi kebutuhan utama setiap pengguna ponsel. Bukan lagi hal istimewa.
SMS semakin berdaya (powerful) ketika dapat digunakan untuk beragam aplikasi baik untuk keperluan pribadi, korporasi maupun publik.
Beragam konten berbasis SMS sudah tersedia di Indonesia, khususnya info-on-demand (akses berita terbaru, informasi kurs, jadwal kereta api, jadwal penerbangan), download nada dering, maupun kuis. Bahkan SMS juga mulai digunakan untuk transaksi perbankan (mobile banking).
Ragam konten lainnya tentu masih layak dikembangkan. Informasi yang dibutuhkan oleh para pengguna ponsel sangat beragam, dari informasi lalu lintas, angkutan umum, informasi bencana, hingga informasi kebijakan publik. Semuanya mungkin disediakan via SMS.
Bagi institusi publik, SMS bisa menjadi sarana komunikasi interaktif yang penting. Media massa, kantor pemerintahan, lembaga negara, merupakan institusi publik yang butuh informasi valid dan langsung dari masyarakat.
Masyarakat pun akan merasa senang jika keluhan, pendapat, dan pandangannya dapat diketahui dan didengar langsung oleh pihak yang memiliki otoritas.
Informasi kebijakan publik maupun pengujian terhadap dampak luasnya, dapat dilakukan secara sederhana melalui media pesan singkat ini.
Namun, harus dicari cara yang kreatif agar upaya ini tidak mengurangi kenyamanan sebagaimana spam yang tidak dikehendaki penerima.
Barangkali dalam konteks validitas informasi dari publik semacam inilah perlunya kejelasan identitas pengirim SMS. Apalagi dalam hal-hal yang menyangkut komunitas terbatas, misalnya satu wilayah, sementara pesan SMS bisa dikirim dari mana saja tanpa terikat wilayah.
Model informasi interaktif seperti ini sudah digunakan oleh berbagai stasiun radio dan televisi. Berbeda dengan media massa yang tugasnya 'selesai' dengan menampung masukan, maka institusi pemerintah perlu melakukan berbagai proses lanjutan untuk memastikan bahwa masukan tidak berhenti sebagai masukan.
Sementara bagi korporasi, ragam pemanfaatan SMS jauh lebih banyak baik dalam berhubungan dengan pelanggan, maupun sebagai bagian dari proses pengendalian bisnis.
SMS bisa digunakan sebagai sarana komunikasi interaktif dengan konsumen. Perusahaan bisa menjalin hubungan yang lebih personal, mendapatkan informasi yang benar-benar spesifik, sesuai dengan kebutuhan pelanggan yang bermacam-ragam.
Dalam proses bisnis, pesan 160 karakter juga dapat digunakan untuk remote monitoring (misalnya untuk menghubungkan alat-alat ukur utama di pabrik dengan pusat pengendalian atau kantor pusat), bahkan remote control berdasar kode-kode khusus.
Informasi berbasis lokasi, misalnya tracking posisi kendaraan, merupakan hal penting yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan pengiriman logistik serta transportasi, dan dapat dimulai dengan SMS.
Lebih jauh, regulator bisa mewajibkan operator telekomunikasi untuk memiliki kemampuan memastikan posisi pelanggan dengan ketepatan radius puluhan meter guna untuk keperluan bisnis, keamanan dan pertolongan.
Sedangkan bagi lembaga keuangan, fasilitas transaksi melalui SMS sudah menjadi tuntutan. Banyak aplikasi pembayaran dapat dibangun di sana.
SMS memang killer application pada seluler generasi kedua. Pesan singkat 160 karakter bisa sangat sakti, dan makin lama makin sakti. (Bisnis Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar